Find Us :

Followers

About Me

Followers

RSS

Q.S. AT-TAKATSUR DAN Q.S. AL-'ASHR

A.    Q.S. AT-TAKATSUR
1.    Pengertian Q.S. At-Takatsur dan Asbabun Nuzul Q.S. At-Takatsur
a.    Pengertian
At-Takatsur artinya bermegah-megahan, surat ini terdiri dari 8 ayat, surat ini termasuk surat Makkiyyah, yaitu surat yang diturunkan di Makkah. Nama At-Takatsur diambil dari kata pertama dari surat ini.
b.    Asbabun Nuzul
Imam Ibnu Abu Hatim telah mengetengahkan sebuah hadits melalui Ibnu Buraidah yang telah menceritakan, bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan dua kabilah dari kalangan Anshar, yaitu Bani Haritsah dan Bani Harits; kedua kabilah itu saling bermegah-megahan dan saling membangga-banggakan apa yang mereka miliki. Salah satu di antara kedua kabilah berkata: “Di antara kalian terdapat orang-orang yang seperti si Fulan dan si Fulan”. Demikian pula kabilah lainnya mengatakan hal yang sama. Akhirnya mereka mengatakan: “Marilah kita semua pergi ke kuburan”, lalu salah satu kabilah mengatakan: “Di antara kalian terdapat si Fulan dan si Fulan”, mereka mengatakan demikian seraya mengisyaratkan kepada kuburan itu. Demikian pula kabilah lainnya mengatakan hal yang sama terhadap lawannya. Maka Allah menurunkan firman-Nya:
Bermegah-megahan telah melalaikan kalian, sampai kalian masuk kedalam kubur. Q.S, 102 At-Takatsur, 1-2)
Imam Ibnu Jarir telah mengetengahkan sebuah hadits yang bersumber dari Ali k.w. yang telah menceritakan, pada asal mulanya kami merasa ragu tentang siksa kubur, sehingga turunlah ayat ini mulai dari firman-Nya:
Bermegah-megahan telah melalaikan kalian. (Q.S, 102 At-Takatsur, 1)
Sampai dengan firman-Nya:
Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui. (Q.S, 102 At-Takatsur, 4)

2.    Ayat-ayat dari Q.S. At-Takatsur dan Terjemahannya
              
            
      •   
    •   

Terjemahannya:
a.    Bermegah-megahan telah melalaikan kamu[1598],
b.    sampai kamu masuk ke dalam kubur.
c.    janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),
d.    dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui.
e.    janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,
f.    niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim,
g.    dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan 'ainul yaqin[1599].
h.    kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).

[1598] Maksudnya: Bermegah-megahan dalam soal banyak harta, anak, pengikut, kemuliaan, dan seumpamanya telah melalaikan kamu dari ketaatan.
[1599] 'ainul yaqin artinya melihat dengan mata kepala sendiri sehingga menimbulkan keyakinan yang kuat.

3.    Tafsir Q.S. At-Takatsur
a.    Penafsiran per ayat
    
1)     (Telah membuat kalian lalai) atau telah melalaikan kalian dari taat kepada Allah -    (bermegah-megahan) yaitu saling bangga membanggakan harta, anak-anak dan pembantu-pembantu.

     

2)       (sampai kalian masuk ke dalam kubur) hingga kalian mati dikubur di dalam tanah; atau hingga kalian menghitung-hitung banyaknya orang yang telah mati.

     
3)      (Janganlah begitu) kalimat ini mengandung hadirkan dan cegahan -     (kelak kalian akan mengetahui).
      
4)         (Dan janganlah begitu, kelak kalian akan mengetahui) akibat yang buruk dari perbuatan kalian itu di kala kalian menjelang kematian, kemudian sewaktu kalian telah berada di dalam kubur.

       
5)     (Janganlah begitu) sesungguhnya -      (jika kalian mengetahui dengan pengetahuan yang yakin) tentang akibat perbuatan kalian itu, niscaya kalian tidak akan lalai taat kepada Allah.

    
6)      (Niscaya kalian benar-benar akan melihat neraka Jahim) Jawab Qasamnya tidak disebutkan, yaitu niscaya kalian tidak akan sibuk dengan bermegah-megahan yang melalaikan kalian dari taat kepada Allah. Lafadz Latarawunna pada asalnya adalah Latarawunanna, kemudian Lam Fi’il dan ‘Ain Fi’ilnya dibuang, kemudian harakatnya diberikan kepada Wawu, sehingga jadilah Latarawunna.

 •     
7)    •  (Dan sesungguhnya kalian benar-benar akan melihatnya) kalimat ayat ini mengukuhkan  makna ayat sebelumnya,  (dengan pengetahuan yang yakin) lafadz ‘Ainal Yaqin adalah Mashdar; demikian itu karena lafadz Ra-a dan lafadz ‘Ayana mempunyai arti yang sama.

    •   
8)       (Kemudian kalian pasti akan ditanyai) lafadz Latus-alunna dibuang dari padanya Nun alamat Rafa’ karena berturut-turutnya huruf Nun, dibuang pula daripadanya Wawu dhamir jamak, tetapi bukan karena ‘Illat atau sebab bertemunya kedua huruf yang disukunkan; bentuk asal daripada Latus-alunna adalah Latus-alunanna.  (pada hari itu) yakni di hari kalian melihat neraka Jahim, • (tentang kenikmatan) yang kalian peroleh semasa didunia, yaitu berupa kesehatan, waktu luang, keamanan, makanan, minuman dan nikmat-nikmat lainnya. Artinya dipergunakan untuk apakah kenikmatan itu?

b.    Penafsiran keseluruhan ayat
1)    Allah SWT berfirman mencela hamba-hamba-Nya atas kelalaian mereka dari tujuan penciptaan mereka, yaitu untuk beribadah hanya kepada-Nya, tanpa sekutu bagi-Nya, mengenal dan tunduk kepada-Nya, mendahulukan cinta-Nya di atas segala sesuatu. Dia berfirman, telah menjadikan kalian lalai dari menaati-Ku sikap berbangga-bangga kalian dengan banyaknya harta, anak, pembantu, bala tentara, kehormatan dan lain sebagainya yang dimaksudkan untuk saling berlomba banyak.
2)    Kelengahan kalian ini berlanjut terus hingga datang ajal kalian, dan kalianpun menjadi penghuni kubur. Pada saat itulah, baru tabir tersingkap oleh kalian, tetapi setelah tidak mungkin lagi kalian kembali ke dunia.
3)    Oleh karena itu, Allah SWT mengancam mereka dengan firman-Nya, tidak seharusnya demikian, kalian tidak melaksanakan taat kepada Allah karena dilalaikan oleh perlombaan memperbanyak harta benda dan anak, dan kalian akan tahu akibat dari kelalaian kalian itu.
4)    Kemudian ancaman itu diulangi lagi sebagai penegasan. Kemudian diulangi lagi untuk yang ketiga kali. Allah SWT berfirman, jika kalian benar-benar meyakini apa yang ada di depan kalain, kalian tidak akan dilalaikan oleh perlombaan memperbanyak harta dan anak itu, dan pasti akan bergegas melakukan amal shaleh.
5)    Tetapi ketidakyakinan kalian telah menjadikan kalian seperti yang kalian lihat sendiri.
6)    Sungguh kalian kelak benar-benar menyaksikan terjadinya kiamat dan kalian pasti benar-benar akan melihat al-Jahim, yaitu neraka yang telah disediakan oleh Allah SWT bagi orang-orang kafir.
7)    Kemudian kalian benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala kalian sendiri, maka kalian menjadi yakin tanpa ragu sedikitpun.
8)    Kemudian pada hari kiamat itu, Allah akan meminta pertanggungan jawab kalian atas semua nikmat yang telah Allah SWT curahkan kepada kalian di dunia, seperti: pendengaran, mata, kesehatan, rasa aman, makanan, minuman, dan lain sebagainya. Apakah kalian telah mensyukurinya dan tidak menggunakannya untuk bermaksiat kepada-Nya, yang menjadikan kalian akan diberi nikmat yang lebih baik dari itu? Atau kalian tidak mensyukurinya dan bahkan kalian menggunakannya untuk bermaksiat kepada-Nya sehingga kalian akan disiksa oleh-Nya.?

c.    Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Ayat 1-4
1)    Kelengahan mengantar manusia bersaing tanpa batas, sampai-sampai mengantar mereka ke kubur untuk membuktikan betapa besar pengaruh dan betapa banyak jumlah pengikut mereka atau sampai-sampai mereka menghitung pula orang-orang yang telah mati di antara mereka.
2)    Yang lengah akan menggunakan segala cara dan sarana untuk memenangkan persaingan dan tidak akan berhenti bersaing hingga dia sendiri mati.
3)    Yang dikecam bukan pada usaha memiliki banyak harta, bukan juga persaingan yang sehat, tetapi persaingan yang tidak sehat akibat kelengahan terhadap nilai-nilai agama.
4)    Peringatan ayat 3 dan 4 (Hati-hatilah!) mengandung makna bahwa persaingan memperebutkan kemegahan duniawi, memperbanyak anak dan pengikut, pasti tidak akan membawa kebahagiaan dan kepuasan bagi setiap yang terlibat. Kalau kepastian di atas tidak dialami dalam kenyataan hidup duniawi, maka akan terbukti kebenarannya dan dialami dalam kehidupan ukhrawi.

d.    Pelajaran yang Dapat Dipetik dari Ayat 5-8
1)    Semua yang bersaing secara tidak sehat akan menyesal di dunia atau paling tidak di akhirat nanti.
2)    Semakin dalam keyakinan seseorang, semakin tajam mata hatinya sehingga dapat melihat yang tersirat di balik yang tersurat.
3)    Setiap manusia akan melintasi neraka. Ada yang lolos sehingga mencapai surga dan ada juga yang terjatuh ke neraka.
4)    Tidak seorang pun dalam kehidupan dunia ini yang tidak memperoleh kenikmatan, karena naungan, rumput, dan air sejuk merupakan contoh yang disebut Rasul SAW dalam menjelaskan makna nikmat dimaksud.
5)    Segala kenikmatan yang diperoleh akan dituntut pertanggungjawabannya dari mana diperoleh dan bagaimana digunakan.

4.    Keutamaan Q.S. A-Takatsur
a.    Peringatan mengumpulkan dan memperbanyak harta tanpa mensyukuri sehingga menyebabkan dia meninggalkan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
b.    Penepatan adanya azab kubur dan penegasan atasnya dengan Firman-Nya pada Q.S. At-Takatsur:5 :
“Hingga kalian masuk ke dalam kubur. Jangan begitu !! Kelak kalian akan mengetahui”  yaitu ketika di dalam kubur.
c.    Penetapan akidah tentang kebangkitan dan balasan setelah perhitungan, membuat bicara (tangan, kaki dan lainnya dengan kekuasaan Allah) serta tuntunan menjawabnya.
d.    Pertanyaan kepada hamba nikmat yang Allah berikan padanya di dunia, jika ada bersyukur dengan nikmat itu maka beruntung, sedangkan jika dia khufur atasnya, maka dia di siksa (semoga Allah memelihara kita darinya).


B.    Q.S. AL-‘ASHR
1.    Pengertian Q.S. Al-‘Ashr
Al-‘Ashr artinya masa. Surat ini terdiri dari 3 ayat, surat ini adalah surat Makkiyah yang turun sesudah Surat Alam Nasyrah dan sebelum Surat Al-Adiyat. Surat ini merupakan surat ke-13 dilihat dari segi urutan turunnya. Akan tetapi dalam urutan penyusunan mushaf Utsmani, surat ini terletak setelah Surat At-Takatsur. Dalam Surat At-Takatsur diterangkan bahwa setiap kenikmatan berupa umur, kekayaan, badan dan ilmu bakal dimintai pertanggungjawaban. Sedangkan dalam Surat Al-‘Ashr ini dijelaskan akan pentingnya menjaga waktu agar manusia tidak merugi di dunia maupun akhirat.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani melalui jalur sahabat Ubaidillah bin Hushain, diceritakan bahwa para sahabat Rasulullah Saw. tidak berpisah sebelum mereka saling membacakan surat ini kepada temannya. Imam Syafi’i pernah menyatakan “Seandainya umat Islam memikirkan kandungan surat ini niscaya (petunjuk-petunjuknya) mencukupi mereka.”  (Tafsir Ibnu Katsir, jilid IV hal. 550).

2.    Ayat-ayat dari Q.S. Al-‘Ashr dan Terjemahannya
    •    
           

Terjemahannya
a.    Demi masa.
b.    Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
c.    kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

3.    Tafsir Q.S. Al-‘Ashr
a.    Penafsiran kata-kata sulit
1)    Al-‘Ashr: masa.
2)    Al-Ihsan: satu jenis makhluk Tuhan yang dikenal dengan nama manusia.
3)    Al-Khusr: berkurangnya atau lenyapnya modal (rugi). Maksudnya ialah tenggelamnya manusia ke dalam hal-hal yang merusak dirinya.
4)    Al-Haqq: suatu hakekat yang mantap dan kokoh, yang ditunjang oleh dalil konkret atau bukti nyata dan peraturan yang dibawa oleh Nabi SAW.
5)    As-Sabr: kekuatan jiwa yang membuat manusia mampu menahan kesengsaraan dalam melakukan amal kebajikan. Sehingga, dengan kekuatan jiwa ini, seseorang akan dengan mudah melewati berbagai rintangan di dalam rangka menuju tujuan yang mulia.
6)    At-Tawasaubil-Haqq: saling memberi wasiat antar sesama kepada sesuatu yang keutamaan dan kebaikannya tidak diragukan lagi.
7)    At-Tawasaubis-Sabr: saling mewasitkan antar sesama kepada sikap sabar.

b.    Penafsiran per ayat
   
1)     (Demi masa) atau zaman atau waktu yang dimulai dari tergelincirnya matahari hingga terbenamnya; maksudnya adalah waktu shalat Ashar.

•      
2)     • (Sesungguhnya manusia itu) yang dimaksud adalah jenis manusia -     (benar-benar berada dalam kerugian) di dalam perniagaannya. Perbuatan manusia itu merupakan sumber kesengsaraannya sendiri. Jadi, sebagai sumbernya bukanlah masa atau tempat. Ia sendirilah yang menjerumuskan dirinya kedalam kehancuran.

           
3)              (Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh) mereka tidak termasuk orang-orang yang merugi di dalam perniagaannya -   (dan nasihat menasihati) artinya, sebagian di antara mereka menasihati sebagian yang lainnya,    (supaya menaati kebenaran) yaitu Iman -   (dan nasihat menasihati dengan kesabaran) yaitu di dalam menjalankan amal ketaatan dan menjauhi kemaksiatan. Dan yakinlah bahwa di antara keutamaan dan keburukan itu sangat berbeda. Dengan demikian perbedaan ini dapat dijadikan sebagai pendorong untuk beramal baik atau kebajikan. Jadi, setiap orang itu haruslah bisa bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, atau kebaikan seseorang hendaknya dapat dirasakan oleh orang lain juga. Di dalam rangka menyelamatkan diri dari kerugian ini, maka umat manusia harus mengetahui kebenaran, kemudian mengikat dirinya pada kebenaran tersebut dan memantapkannya dalam hati. Kemudian mengajak teman-teman agar menempuh jalan kebenaran.

c.    Penafsiran keseluruhan ayat
Pada dasarnya, manusia itu dalam keadaan merugi, kecuali orang-orang yang mempunyai empat sifat, yaitu:
1)    Beriman
2)    Beramal shaleh
3)    Saling berwasiat kepada kebenaran
4)    Saling berwasiat kepada kesabaran

4.    Keutamaan Q.S. Al-‘Ashr
a.    Surat Al ‘Ashr merupakan sebuah surat dalam Al Qur’an yang banyak dihafal oleh kaum muslimin karena pendek dan mudah dihafal. Namun sayangnya, sangat sedikit di antara kaum muslimin yang dapat memahaminya. Padahal, meskipun surat ini pendek, akan tetapi memiliki kandungan makna yang sangat dalam. Sampai-sampai Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka.” [Tafsir Ibnu Katsir 8/499].
b.    Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Maksud perkataan Imam Syafi’i adalah surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal shaleh, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu. Beliau tidak bermaksud bahwa manusia cukup merenungkan surat ini tanpa mengamalkan seluruh syari’at. Karena seorang yang berakal apabila mendengar atau membaca surat ini, maka ia pasti akan berusaha untuk membebaskan dirinya dari kerugian dengan cara menghiasi diri dengan empat kriteria yang tersebut dalam surat ini, yaitu beriman, beramal shaleh, saling menasehati agar menegakkan kebenaran (berdakwah) dan saling menasehati agar bersabar” [Syarh Tsalatsatul Ushul].


C.    Hubungan Q.S. At-Takatsur dengan Q.S. Al-'Ashr
1.    Pada surat At-Takatsur Allah menerangkan keadaaan orang yang bermegah-megahan dan disibukkan oleh harta benda sehingga lupa mengingat Allah, sedang surat Al-'Ashr menerangkan bahwa manusia akan merugi, kecuali kalau mereka beriman, beramal shaleh dan nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran.
2.    Pada surat At-Takatsur Allah menerangkan sifat orang yang mengikuti hawa nafsunya, sedang pada surat Al-'Ashr menerangkan sifat orang-orang yang tidak merugi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar