Find Us :

Followers

About Me

Followers

RSS

Pengaruh Keimanan Seseorang Terhadap Makna dan Tujuan Hidup

MAKALAH AQIDAH AKHLAK
“PENGARUH KEIMANAN SESEORANG TERHADAP
MAKNA DAN TUJUAN HIDUP”






DOSEN PENGAMPU    : M. NGALI ZAINAL, M.Pd.I
DISUSUN OLEH        : KELOMPOK 4
1.    ELLA PRASANTI
NPM: 1290115
2.    SUSMI YULIANA SARI
NPM: 1290765
3.    WIDYA LESTARI
NPM: 1290855
PRODI                : PGMI (A)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
JURAI SIWO METRO
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

A.    Pengaruh Keimanan Seseorang Terhadap Makna dan Tujuan Hidup
1.    Pengertian Iman
Menurut ulama Ahlu Sunnah, Iman bermakna mengikrarkan dengan lisan, membenarkan dengan hati, dan mengerjakan dengan anggota badan.  Ketiga hal ini merupakan pengertian iman. Satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Iman adalah keyakinan sekaligus amal. Uyainah berkata tentang iman, "Al iman, qaulun wa 'amalun, yazidu wa yanqush". Artinya: Iman  adalah ucapan dan perbuatan, kadang meningkat dan kadang menurun.
Iman bukanlah angan-angan, melainkan apa yang tertanam dan menghujam di dalam sanubari serta dibenarkan oleh amal perbuatan. Allah berfirman dalam Surah Al-Ashr/103: 3 sebagai berikut:
ا بِالصَّبْرِ قِّ وَتَوَاصَوْ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَ
"Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (Q.S. Al-Ashr [103]: 3)
Dari Anas bin Malik berkata Rasulullah SAW.: Tiga golongan yang merasakan manisnya iman :
a.    Mencintai Allah dan Rasul-Nya, melebihi dari kecintaan kepada yang lainnya.
b.    Mencintai orang lain hanya karena Allah SWT., dan
c.    Merasa benci kembali kepada kekufuran setelah diselamatkan Allah SWT., sebagaimana ia benci jika dilemparkan ke dalam Neraka". (HR. Bukhari-Muslim)
Keimanan merupakan motivator manusia untuk melakukan perbuatan. Baik buruknya manusia tergantung pada baik buruknya keimanan. Kondisi iman yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk.  Sedangkan kondisi iman yang baik akan melahirkan perbuatan yang baik pula. Islam adalah agama yang berintikan keimanan dan perbuatan (amal). Keimanan itu merupakan akidah yang pokok. Amal itu merupakan syariat dan cabang-cabangnya dianggap sebagai buah yang keluar dari keimanan serta akidah itu. Keimanan dan amal adalah akidah dan syariat, keduanya sambung menyambung, tidak dapat berpisah satu dengan yang lain. Keduanya seperti buah dengan pohonnya, seperti musabab dengan sabab-nya atau seperti natijah (hasil) dengan mukadimah (pendahuluannya).

2.    Arti Pentingnya Keimanan Seseorang Terhadap Makna dan Tujuan Hidup
Iman adalah landasan utama bagi seorang muslim dalam menjalani kehidupan di muka bumi. Tanpa iman, hidup seorang muslim akan dipenuhi dengan kekhawatiran dan keragu-raguan. Iman ini sangat mempengaruhi kehidupan seseorang. Jika seseorang tidak punya keimanan, maka kehidupannya tidak akan berarti apa-apa. Contoh, seseorang tidak percaya dengan kehidupan setelah kematian (hari akhirat), maka ia tidak punya tujuan dalam hidupnya.
Pengaruh iman dalam kehidupan sangat luar biasa. Bisa membuat orang akan meninggalkan kehidupan materi dan rela syahid di jalan Allah. Iman juga memiliki pengaruh sangat besar dalam kehidupan seorang mukmin jika iman itu benar maka akan memberikan pengaruh positif yang akan mendatangkan keberuntungan dan kebahagiaan, namun sebaliknya jika iman itu salah karena bercampur dengan syirik maka akan memberikan pengaruh negatif yang akan menyengsarakan kehidupan di dunia dan di akhirat.
Berikut ini pengaruh Iman seseorang terhadap makna dan tujuan hidup:
a.    Manusia yang beriman tidak mungkin orang yang berpandangan sempit dan berakal pendek ia percaya kepada Allah SWT. sebagai penguasa dan pemeliharan alam semesta, dia tidak akan pernah merasa asing dengan apapun yang ada didunia, pandangannya menjadi luas, wawasan intelektualnya menjadi terbuka, pendirianya bebas seperti kekuasaan Allah SWT.
b.    Keimanan ini mengangkat manusia kederajat yang paling tinggi dalam harkatnya sebagai manusia, orang yang beriman percaya hanya kepada Allah SWT. yang Maha Kuasa.
c.    Bersamaan dengan rasa harga diri yang tinggi keimanan juga mengalirkan ke dalam diri manusia rasa kesederhanaan dan kesahajaan, ia menjadi orang yang tidak menyukai sifat pamer atau berpura-pura, orang yang beriman tidak pernah angkuh, kelebihan harta atau kekuasaan tidak membuatnya sombong karena ia tahu semua itu berasal dari Allah SWT., setiap saat Allah SWT. dapat mengambil apa yang pernah di berikan-Nya kepada manusia.
d.    Keimanan membuat manusia menjadi suci dan benar, ia yakin tidak ada jalan lain untuk mencapai kesuksesan dan keselamatan kecuali dengan kesucian jiwa dan tingkah laku yang baik, ia yakin Allah SWT. berada di atas segalanya yang ada, ia mempuyai keyakinan kuat, Allah SWT. adalah penguasa seluruh kekayaan yang ada di bumi dan di langit.
e.    Orang yang beriman mempunyai kemauan kuat, kesabaran yang tinggi dan kepercayaan yang teguh kepada Allah SWT. dalam segala hal, tidak mempunyai hubungan khusus dengan siapapun atau apapun yang menyebabkan rusaknya iman, orang beriman meyakini bahwa tidak ada seorang pun yang dapat ikut campur tangan terhadap kekuasaan Allah SWT. dalam kehidupan, keyakinan ini membuat orang beriman sadar bahwa jika ia berbuat dan bersikap benar serta adil maka akan meraih kesuksesan.
f.    Orang yang beriman tidak akan putus asa atau patah hati dengan keadaan yang di hadapi, ketika orang beriman memutuskan untuk menjalankan perintah-perintah-Nya, maka ia yakin akan mendapat dukungan dan pertolongan dari Allah SWT. Keyakinan ini membuat orang beriman tetap kukuh dan mantap dalam menjalani kehidupan.
g.    Keimanan menumbuhkan keberanian dalam diri manusia. Dalam hubungan ini ada dua hal yang membuat manusia menjadi pengecut, (1) takut mati dan (2) pemikiran yang menyatakan bahwa ada orang lain selain Allah SWT. yang dapat mencabut nyawanya, keimanan kepada kalimat LAILAA HA ILLA ALLAH menghapus kedua pemikiran di atas.
h.    Orang-orang beriman selalu menghindari cara-cara yang rendah dalam mencapai tujuan nya mereka percaya bahwa kesejahteraan manusia berada ditangan Allah SWT., dan Allah memberikannya kepada manusia dengan kehendak-Nya, tugas manusia hanya berusaha keras untuk mendapatkannya dengan cara yang benar, mereka mengetahui tercapai tidaknya tujuan manusia dalam hidup ini tergantung kepada kehendak Allah SWT. semata.
i.    Pengaruh keimanan membuat manusia menjadi taat dan patuh kepada hukum-hukum Allah SWT., seseorang yang beriman yakin bahwa Allah SWT. mengetahui segalanya baik yang nyata maupun yang tersembunyi dari pandangan manusia, manusia dapat menyembunyikan sesuatu kepada orang lain, tetapi tidak dapat menyembunyikannya di hadapan Allah SWT.

3.    Pengaruh Keimanan Seseorang dalam Kehidupan
a.    Keimanan dalam Kehidupan
Perlu dipahami bahwa dakwah Rasulullah SAW. selama di Mekkah ditujukan untuk menguatkan akidah. Ini menghasilkan kualitas keimanan yang sempurna yang ditunjukan oleh Rasul dan para sahabat. Pada saat itu, belum diturunkan aturan hukum-hukum lain yang mengatur kehidupan pribadi dan bermasyarakat, seperti mu'amalah, puasa dan sebagainya. Bahkan shalat pun diturunkan Allah SWT. kepada Rasul menjelang hijrah ke Madinah. Disini disadari bahwa peranan aqidah sangat penting dalam pembinaan manusia dan masyarakat. Benar bahwa Rasulullah SAW. Diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia, tetapi akhlak yang sempurna ini tidak akan dapat terwujud tanpa disandarkan pada landasan aqidah yang mantap. Bila aqidah sudah dapat diwujudkan dalam amal, maka dengan otomatis akhlak manusia pun akan dapat mengikutinya.
b.    Pengaruh Keimanan Seseorang dalam Kehidupan
1)    Berpandangan luas
Menurut al-Maududi, orang yang memiliki aqidah benar, tidak mungkin mempunyai pandangan yang sempit karena dia percaya kepada Yang Menciptakan langit dan bumi, Pemilik alam semesta, Pemilik barat dan timur, Pemberi rezeki dan Pendidik makhluk. Dia tidak akan menemui sesuatu yang ganjil dalam alam ini karena segala sesuatu yang ada di dalamnya adalah milik Allah SWT. Tidak ada sesuatu pun dalam alam ini yang dapat menghalangi dan membatasi rasa cintanya dan kecenderungannya untuk memberi pertolongan kepada sesama manusia. Bagaimanapun pandangan seperti ini tidak mungkin ada pada orang yang menganut politeisme. Paham ini meyakini bahwa Allah SWT. mempunyai sifat serba kekurangan dan terbatas seperti manusia.
2)    Melahirkan rasa bangga dan harga diri
Orang yang memiliki aqidah benar akan merasa bangga sebagai manusia dan mempunyai harga diri. Dia mengetahui Allah adalah Pemilik sebenarnya dari segala kekuatan yang ada dalam alam ini, tidak ada yang memberi manfaat dan mudarat kecuali Allah, tidak ada yang menghidup dan mematikan kecuali Allah serta tidak ada yang memiliki hukum, kekuasaan dan kedaulatan kecuali Allah. Oleh karena itu, keimanannya kepada Allah menyebabkan dia tidak berhajat kepada yang lain kecuali kepada Allah. Tercabut dari dalam hatinya rasa takut kepada yang lain kecuali kepada Allah SWT. Dia tidak menundukkan kepalanya di hadapan makhluk, tidak merendahkan diri dan mengemis kepada manusia dan tidak gentar dengan kesombongan dan kebesaran manusia.
3)    Rendah hati kepada sesama manusia
Orang yang akidahnya benar tidak mungkin menjadi angkuh, tidak mensyukuri nikmat dan tidak terpedaya dengan kekuatan dan kemahiran yang dimilikinya. Karena dia tahu dan yakin semua itu adalah karunia Allah SWT. kepadanya. Malah dia sadar Allah SWT. berkuasa mengambilnya kembali apabila Dia menghendaki. Manusia yang akidahnya tidak benar akan mengingkari nikmat, menyombongkan diri dan mengangkat kepala apabila memperoleh nikmat. Ia menganggap nikmat itu hasil usaha dan kecakapannya.
4)    Jiwa yang bersih dan beramal saleh
Orang yang berakidah secara benar yakin bahwa tidak ada jalan untuk mencapai keselamatan dan keuntungan kecuali dengan jiwa yang bersih dan beramal saleh. Kesadaran itu timbul karena dia beriman kepada Allah yang Maha Kaya dan Maha Adil, bergantung harap segala sesuatu kepada-Nya. Sebaliknya orang yang musyrik dan kafir menghabiskan masa hidup mereka untuk angan-angan palsu.
5)    Tidak berputus asa dan hilang harapan
Orang yang akidahnya benar tidak mudah dihinggapi rasa putus asa dan hilang harapan dalam setiap keadaan. lman memberikan ketenteraman yang luar biasa pada hatinya. lman mengisi hatinya dengan ketenangan dan harapan meskipun dia dihina di dunia dan diusir dari semua pintu kehidupan sehingga kelihatan jalan hidupnya sempit dan seluruh saluran materi terputus darinya. Dia yakin Allah tidak pernah terlena dan tidak membiarkan hidupnya terlantar. Oleh karena itu, ia senantiasa mencurahkan tenaganya dengan bertawakkal kepada Allah dan meminta pertolongan daripada-Nya dalam semua urusan. Ketenteraman hati dan ketenangan iiwa seperti ini tidak mungkin dimiliki kecuali dengan aqidah. Orang kafir, musyrik dan mulhid (atheis) mempunyai hati yang lemah. Mereka bersandar kepada kekuatan yang terbatas. Maka alangkah cepatnya mereka dihinggapi rasa putus asa ketika menghadapi kesukaran. Kadangkala menyebabkan mereka membunuh diri mereka sendiri.
6)    Memiliki hati dan pendirian yang teguh
Akidah yang benar mendidik manusia dengan kekuatan yang besar, bulat, tekad, berani, sabar, tabah dan tawakkal ketika menghadapi perkara besar di dunia demi mengharapkan keridhaan Allah SWT.  Dia yakin kekuatan Allah yang memiliki langit dan bumi menyokongnya dan membimbingnya dalam setiap aspek kehidupan. Oleh karena itu, hatinya menjadi lebih teguh, dan tabah. Hampir tidak ada suatu musibah dalam dunia yang dapat melawan tekad yang telah dibuatnya.
7)    Berani dan tabah
Akidah yang benar akan menjadikan manusia berani dan mengisi hatinya dengan ketabahan. Ada dua perkara yang menjadikan seseorang manusia itu pengecut dan lemah semangat. Pertama, cinta pada diri, harta dan keluarga. Kedua, percaya bahwa ada yang lain selain Allah yang dapat mematikan manusia dan dia tidak dapat menolak kematian itu dengan beragam tipu daya. Akidah yang benar dapat mencabut kedua persoalan itu dari hati manusia dan sekaligus membersihkannya. lman dapat mencabut hal tersebut, yang pertama dengan menjadikan dia yakin bahwa Allah adalah satu-satunya Pemilik diri, harta dan keluarganya. Iman menjadikan dia sedia  berkorban untuk jalan dan keridhaan Allah SWT. Dia rela berkorban dengan segala sesuatu yang ada padanya dengan sesuatu yang mahal maupun murah. Kedua, dengan menanamkan ke dalam jiwa manusia bahwa tidak ada seorang manusia atau seekor binatang pun yang dapat merampas hidupnya.
8)    Menjauhi perbuatan hina
Iman kepada Allah mengangkat derajat manusia dan menimbulkan dalam dirinya sifat menjauhkan diri dari perbuatan yang dapat merendahkan martabatnya. Dia juga merasa cukup dengan apa yang ada dan tidak memerlukan pemberian orang, menyucikan hatinya dari sifat tamak, rakus, dengki, rendah diri dan segala sifat buruk serta kecenderungan yang hina. Tidak terlintas dalam hatinya memilih jalan yang keji untuk mencapai kejayaan karena dia yakin rezeki berada di tangan Allah. Dia yakin Allah melimpahkan rezeki kepada orang yang dikehendaki-Nya dan menentukan kepada orang yang dikehendaki-Nya. Tidak ada kemuliaan, kekuatan, kemasyhuran, kekuasaan, pengaruh dan kemenangan melainkan di tangan Allah. Manusia wajib berusaha dengan cara yang mulia menurut kemampuannya. Kejayaan atau kegagalan bergantung kepada Allah. Tidak ada yang dapat menahan apa yang diberi-Nya dan tidak ada yang dapat memberi apa yang ditahan-Nya.
9)    Terikat dan patuh pada peraturan Allah
Akidah yang benar akan menjadikan manusia terikat dan patuh pada undang-undang Allah. Orang yang beriman yakin bahwa Allah mengetahui segala sesuatu. Allah lebih dekat kepada diri mereka daripada urat leher mereka sendiri. Orang beriman yakin apabila mereka melakukan sesuatu perbuatan di dalam gelap ataupun terang, Allah tetap mengetahui.  Apabila terlintas dalam hatinya sesuatu yang tidak baik, Allah tetap mengetahui. Walaupun dia dapat menyembunyikan perbuatannya daripada orang lain, dia tidak dapat menyembunyikannya dari Allah.  Walaupun dia dapat melepaskan dirinya dari berbagai kekuatan, dia tidak dapat melepaskan dirinya dari Allah.  Semakin kukuh akidah ini melekat dalam jiwa seseorang, semakin tekun ia mengikuti hukum Allah dan menjauhi larangan-Nya. Ia bergegas menuju kebajikan dan mengerjakan apa yang diperintah oleh Allah dimanapun berada. Di hadapan matanya senantiasa terbayang pengadilan tinggi dan tidak ada orang yang dapat melepaskan diri daripada pemeriksaan-Nya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar